Selasa, 01 Maret 2011

Gempa bumi mentawai

Menuai Gempa Bumi Di Mentawai: Kapan Akan Terjadi ?

Memang tidak ada cara untuk memprediksi gempa bumi berikutnya secara tepat, kapan saatnya akan terjadi. Namun, manusia sebagai "homo intelectus" terus berupaya untuk melakukan pendekatan melalui berbagai metodologi untuk melakukan prediksi kemungkinan terjadinya gempa bumi.

Sejak bencana Tsunami di Aceh tahun 2004, para peneliti telah membuat prediksi bahwa akan terjadi gempa besar lain dalam 30 tahun mendatang di Samudera Hindia. Prediksi ini berdasarkan penelitian atas karang (corals), yang menunjukkan cincin pertumbuhan karang yang mencerminkan muka laut sehingga dapat dipelajari dan disimpulkan untuk mengetahui ancaman gempa bumi.

Gempa bumi mendorong tanah ke atas (megathrust rupture), menurunkan permukaan laut di daerah tersebut sehingga mencegah karang tumbuh meninggi. Permukaan laut kemudian naik kembali seiring pemulihan tanah(post seismic readjustment), meninggalkan jejak sejarah gempa yang tercetak menyerupai pola pertumbuhan karang.

Saat itu, para ilmuwan menganalisis pertumbuhan karang selama 700 tahun terakhir di karang dangkal sepanjang 700 kilometer 'Sunda megathrust' fault - suatu batas antara lempeng tektonik Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Indonesia. Megathrust gempa bumi terjadi jika suatu lempeng tektonik dipaksa turun (atau subducts) di bawah yang lain. Karena dangkal maka menyebabkan sebagian besar lempengan terjebak di dalamnya, seperti Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1

Bagian dari Sunda Fault sudah tidak aktif paling tidak selama 50 tahun hingga gempa bumi berkekuatan 8,4 Skala Richter terjadi pada September 2007.

Berdasarkan data karang para ilmuwan menemukan tiga rangkaian gempa bumi besar yang pernah terjadi sebelumnya. Jika siklus gempa terjadi secara konsisten - pada awal setiap 200 tahun - maka gempa bumi berikutnya dapat terjadi dalam beberapa dekade mendatang.

Danny H. Natawidjaja, peneliti senior di Research Center for Geotechnology dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyatakan dalam SciDev.Net akhir tahun lalu (12/12/2008) , kemungkinan terjadinya gempa besar di Sumatera Barat dalam 30 tahun mendatang adalah lebih dari 70 persen. "Kami menyebutnya prediksi ilmiah sebuah sistem peringatan geologis," katanya.

Gambar 2 ini, bersumber dari artikel SciDev.Net, menunjukkan pecahan seismik dari Sunda megathrust, di lepas pantai Sumatra, setelah didelineasi telah bertambah besar (merah muda, hijau, dan oranye) dan tampak tampalan (patch) yang lebih lemah/kecil (kuning).
Sebelum pecah secara partial membentuk "Mentawai patch" (kurung garis putih) pada September 2007, berturut-turut telah pecah di tahun 1797 dan 1833. Pada gambar, lokasi Gempa ditunjukkan dengan Tahun dan Moment magnitude (M).
(Penulis telah menambahkan lokasi Gempa Bumi 30 September 2009 (titik berwarna hitam dengan persegi panjang warna kuning), tanpa bermaksud mengubah/mengurangi arti gambar menurut sumber aslinya.)

Prediksi tersebut didukung oleh penelitian tim The University of Ulster yang dipimpin oleh Profesor John McCloskey dari School of Environmental Sciences. Tim ini telah menganalisis data gempa bumi Sumatera-Andaman dari tahun 2004 dan melihat dampaknya pada "fault-fault" lain di daerah itu, seperti yang dimuat dalam ScienceDaily:

Analisisnya menemukan bahwa dua zona meningkat secara signifikan dan menunjukkan bahwa tingkat ketegangan tengah berlangsung, di bawah air sepanjang zona 50 Km dari ujung utara Sumatera yang dikenal sebagai parit Sunda, dan lainnya terjadi di Sumatra Fault sepanjang 300 Km bagian tengah pulau Sumatra, berakhir di bawah kota Banda Aceh.

"Hasil penelitian kami menunjukkan peningkatan ketegangan hingga 5 bar di parit Sunda di dekat zona pecahan, dan peningkatan yang kuat sebesar 9 bar untuk sepanjang 300 km dari Sumatera fault," kata Profesor McCloskey, lebih lanjut dikatakan bahwa tingkat-tingkat ketegangan seismik tersebut mengindikasikan meningkatnya resiko gempa bumi secara signifikan.


Prediksi tersebut terbukti pada Rabu 30-9-2009 saat terjadinya Gempa Bumi 7,6 skala Richter yang memporak-porandakan kota Padang dan sekitarnya. Kawasan Mentawai masih mengandung ketegangan seismik yang sewaktu-waktu dapat melepaskan energi yang menimbulkan gempa bumi lebih besar dari 7 skala Richter. Kapankah kita akan menuai gempa bumi di Mentawai ?

Kita tidak akan bisa tahu, namun yang penting bagi kita adalah bagaimana melakukan mitigasi bencana atau bagaiman melakukan aksi saat gempa bumi terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar